Minggu, 28 September 2014

Dinamika kelompok

Masyarakat, begitulah kita sebut untuk menggambarkan makhluk sosial. Dimana terdapat istilah masyarakat maka disitu terdapat sekelompok individu yang mendiami suatu tempat yang saling berinteraksi, dengan tujuan dan norma tertentu. Interaksi yang terjadi saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain, mengalami pergolakan, pertentangan, keselarasan yang mewarnai kehidupan bermasyarakat. Kelompok ini tak hanya satu macam, melainkan bermacam-macam. Berabagai macam kelompok ini kerap terbentuk dari pandangan yang sama  dan cita-cita atau tujuan yang sama dan memutuskan untuk melalui jalan yang satu. Pandangan yang ada pada satu kelompok yang memiliki perbedaan yang dengannya menjadi pedoman bertindaknya suatu kelompok sering membawa pada benturan antar kelompok masyarakat. Namun, pada kesempatan ini kami tidak memfokuskan pembahasan pada ideologi kelompok melainkan pola interaksi dan variable-variabel yang menekan serta peran keanggotaan kelompok itu sendiri dalam hubungannya dengan struktur kelompok.

Masalah yang paling banyak di dalam organisasi 70% adalah berkomunikasi. Kita hanya butuh mendengar orang untuk menghargai suatu kelompok, beserta jangan penah menuduh orang lain yang salah jika kita belum melihat kita sendiri...
Kita harus meningkatkan kualitas sekill kita agar kita dapat di lihat dan di dengar... Jangan terlalu banyak mengeluh karena itu membuat anda merugi waktu, cost dan lain sebagainya...
Bagaimana kita mengindikasikan kualitas skill kita...? Caranya adalah selalu mengeluh secara emosional yang membawa kita dan menilai diri kita secara kualitas IQ.
Emosional sangat erat dengan pengambilan keputusan yang akan kita lakukan kelak di hari ke depanya... Cara kita mengambil keputusan adalah dengan ANALITIC TINGKING... Dan kita harus SMART... menganalisis diri kita sendiri apakah kita masih di jalur yang kita inginkan... Dan apakah kita sudah mendengar orang lain yang mereka inginkan?... Dalam kelompok kita harus memulai pada diri kita sendiri sebelum kita terjun dalam sosial yang lebih jauh... Kita memulai dari standar kegiatan dan tujuan kita yang terpenuhi apakah sudah berjalan dengan baik atau kita masih butuh perbaikan... Apalagi menjadi seorang pemimpin kita harus lebih mendengar bawahan agar kita dapat tahu maslah apa yang terjadi pada bawahan... Agar kita tidak menjadi pola pikir yang mengandai2... Jangan mengumbar aib seseorang di muka umum karena itu akan mencerminkan pribadi anda... Menjadi seorang karyawan juga tak boleh takut pada atasan jika ada sesuatu yang harus di bicarakan... Jangan anda mntiadakan atasan anda... Karena komunikasi adalah hal yang paling bermasalah dari kelompok atau organisasi pekerjaan....
Mengkontrol pekerjaan seseorang yang di latih terus menerus agar suatu pekerjaan itu mempunyai kebiasaan yang baik sesuai standar... Agar di suatu pekerjaan itu memang menjadi penaggung jawaban. Untuk lebih mudah menjalankan suatu organisasi faktor nya adalah IT,Sistem,komunikasi people.

Rabu, 17 September 2014

Senin, 15 September 2014

Komitmen


Komitmen.... apa sih yang di namakan komitmen? Komitmen adalah janji. Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang.... nah kalau sudah tau komitment itu apa kita tentunya sudah bisa menjawab pada diri kita sendiri.... Apakah kita sudah komitment pada diri sendiri....?
Terlintas dalam benak kita bahwa hal seperti ini sering kita abaikan... sehingga tanpa di sadari kita melanggar semua apa yang telah kita ucapan kan pada diri sendiri maupun pada orang lain... coba anda ingat berapa banyak janji dan tujuan anda yang tidak ter-realitas...? dan anda masih menyalahkan keadaan dan nasib tuhan. mungkin anda memilih menyalahkan tuhan dari pada anda melihat balik dari apa yang anda ucapkan.
Apa sih contohnya yang paling kecil dalam kehidupan ini dalam hal komitment????... banyak bro... saya kutip dari kata-kata dosen psikolog saya ia mencontohkan seorang perokok aja... orang yang merokok tidak mau dia mengaku salah walaupun apa yang dia lakukan salah untuk kesehatannya. dia di tanya kandungan rokok apa saja, pasti jawabnya MEROKOK MEMBUNUHMU itu kata positif apa negatif yang ada di rokok, pasti negatif kan..? di tanya kenapa anda merokok? jawabnya KARENA MEMBUAT TENANG jadi positif yang ada pada rokok itu. Dari hal yang di ucapkan negatif menjadi perilaku yang positif itu contoh dari tidak komitment anda... jika mmg rokok itu membuat anda baik kenapa anda tidak mencari kandungan rokok itu yang baik. jadi antara perkataan dan perbuatan selaras.... itu sama halnya anda sudah membohongi diri anda sendiri... dalam pekerjaan dan lainnya kita harus komitment, itu yang membuat semua karir anda akan berhasil jika sudah komitmen pada diri sendiri apa lagi pada orang lain, maka orang lain akan percaya pada anda.

KOMITMEN BERORGANISASI
Di dalam hidup kita pasti berorganisasi, baik organisasi pekerjaan maupun dalam lingkungan keluarga. Maka kita harus bisa saling bersatu padu dalam mencapai keberhasilan dalam berorganisasi. Tidak akan tercapai suatu keinginan organisasi jika dalam suatu kelompok tidak ada rasa komitmen pada organisasi itu sendiri... Ada pun faktor-faktor yang mrmpengatuhi organisasi sebagai berikut :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMITMEN ORGANISASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi karakteristik pribadi individu, karakteristik organisasi, dan pengalaman selama berorganisasi (Allen & Meyer, 1997). Yang termasuk ke dalam karakteristik organisasi adalah struktur organisasi, desain kebijaksanaan dalam organisasi, dan bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut disosialisasikan. Karakteristik pribadi terbagi ke dalam dua variabel, yaitu variabel demografis; dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Dalam beberapa penelitian ditemukan adanya hubungan antara variabel demografis tersebut dan komitmen berorganisasi, namun ada pula beberapa penelitian yang menyatakan bahwa hubungan tersebut tidak terlalu kuat (Aven Parker, & McEvoy; Mathieu & Zajac dalam Allen & Meyer, 1997). 
Variabel disposisional mencakup kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi (Allen & Meyer, 1997). Hal-hal lain yang tercakup ke dalam variabel disposisional ini adalah kebutuhan untuk berprestasi dan etos kerja yang baik (Buchanan dalam Allen & Meyer, 1997). Selain itu kebutuhan untuk berafiliasi dan persepsi individu mengenai kompetensinya sendiri juga tercakup ke dalam variabel ini. Variabel disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen berorganisasi, karena adanya perbedaan pengalaman masing-masing anggota dalam organisasi tersebut (Allen & Meyer, 1997). 
Sedangkan pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan motivasi anggota organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau pemimpinnya (Allen & Meyer, 1997).
Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Komitmen karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor. Misalnya, Steers (1985) mengidentifikasi tiga ada faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: 
1. Ciri pribadi pekerja, termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi, kebutuhan dan keinginan yang berbeda dan tiap karyawan. 
2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja. 
3. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya mengenai anisasi.
David (dalam Minner, 1997) mengemukakan empat faktor yang mengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, dll.
2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dll.
3. Karakteristik struktur, misalnya besar/kecihiya organisasi, bentuk organisasi seperti sentralisasi atau desentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.
4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

Stum (1998) mengemukakan ada 5 faktor yang berpengaruh terhadap komitmen organisasional: 
a. budaya keterbukaan 
b. kepuasan kerja 
c. kesempatan personal untuk berkembang 
d. arah organisasi dan 
e. penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan. 
Sedangkan Young et.al (1998) mengemukakan ada 8 faktor yang secara positif berpengaruh terhadap komitmen organisasional: 
(1) Kepuasan terhadap promosi, 
(2) karakteristik peketjaan, 
(3) komunikasi, 
(4) kepuasan terhadap kepemimpinan, 
(5) pertukaran ekstrinsik, 
(6) pertukaran intrinsik, 
(7) imbalan intrinsik, dan 
(8) imbalan ekstrinsik.
Steers dan Porter (dalam Supriyanto, 2000) mengemukakan ada sejumlah faktor yang memengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
1. Faktor personal yang meliputi job expectations, psychological contract, jot choice factors, karakteristik personal. Keseluruhan faktor ini akar membentuk komitmen awal.
2. Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job scope, supervision, goal consistency organizational. Semua faktor itu akar membentuk atau memunculkan tanggung jawab.
3. Non-organizational faktors, yang meliputi availability of alternative jobs. Faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya altematif pekerjaan lain. Jika ada dan lebih baik, tentu karyawan akar meninggalkannya.
PENGUKURAN KOMITMEN ORGANISASI
Mowday et.al (dalam Spector dan Wiley (1998) mengembangkan suatu skala yang disebut Self Report Scales untuk mengukur komitmen karyawan terhadap organisasi, yang merupakan penjabaran dan tiga aspek komitmen, yaitu (a) Penerimaan terhadap tujuan organisasi, (b) Keinginan untuk bekerja keras, dan (c) hasrat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi), yaitu sebagai berikut:
Kuesioner Komitmen Organisasi dari Mowday dkk
1 Saya merasa bahwa nilai-nilai yang saya anut sangat mirip dengan nilai¬nilai yang ada pada organisasi
2 Saya merasa bangga apabila berkata pada orang lain bahwa saya menjadi bagian dari organisasi
3 Saya hanya dapat bekerja dengan balk di organisasi yang lain asalkan tipe pekerjaannya sama dengan tipe pekerjaan yang ada di organisasi ini
4 Organisasi ini benar-benar memberikan inspirasi yang terbaik bagi diri saya dalam mencapai prestasi kerja

Skala Komitmen Organisasi dari Meyer dkk
Affective commitment:
1 Saya akan senang sekali menghabiskan sisa karir saya di organisasi ini
2 Saya benar-benar merasakan bahwa seakan-akan masalah di organisasi ini
adalah masalah saya
Continuance Commitment:
3 Sekarang ini tetap bertahan menjadi anggota organisasi adalah sebuah
hal yang perlu, sesuai dengan keinginan saya
4 Sangat berat bagi saya untuk meninggalkan organisasi ini
Normative Commitment:
5 Saya merasa tidak memiliki kewajiban untuk meninggalkan atasan saya
saat ini
6 Saya merasa tidak tepat untuk meninggalkan organisasi saya saat ini,
bahkan bila hal itu menguntungkan

MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASI

Dan konsep teori organisasi, telah dijelaskan bahwa komitimen organisasi itu merupakan hal yang penting bagi organisa terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan kondisi-kondisi yang memadai untuk mencapainya. Berikut ini sejumlah cara yang digunakan untuk membangun komitmen tersebut berdasarkan empat kategori teori tersebut.
Dalam teori sosialisasi kelompok, idealnya satu organisasi sudah menuntut komitmen organisasi sejak pertama masuk sehingga efisiensi biaya dapat ditekan, dan aktivitas organisasi tidak terganggu oleh adanya loyalitas. Namun untuk melakukan hal tersebut tidak mudah. Karena sistem seleksi atau rekrutmen untuk mengukur komitmen itu belum mampu mendeteksi adanya komitmen untuk mengukur komitmen itu belum mampu mendeteksi adanya komitmen ini dan komitmen ini dapat berubah seirama dengan perkembangan zaman.
Bila metode observasi gagal mendeteksi, komitmen kerja bisa dibangun melalui sosialisasi kelompok. Upaya ini akan berhasil manakala para anggota memiliki kecocokan value dengan organisasi. Namun bila pertemuan kepentingan antara anggota dan kelompok belum dicapai, maka komitme masih akan rendah, dan bahkan bisa berbuntut terjadinya konflik internal.
Dalam teori pertukaran sosial, komitmen organisasi akan bisa dicapai apabila apa yang diberikan organisasi sesuai dengan apa yang dituntut anggotanya, dan sebaliknya apa yang diharapkan organisasi sesuai dengan besarnya kontribusi anggota. Dengan prinsip ini, maka komitmen akan dicapai apa bila sejak awal rekrutmen dan kontrak. Oleh karena itu, kesepakatan reward dan cost antara kedua belah pihak menjadi dasar terbangun tidaknya komitmen organisasi.
Komitmen organisasi akan bersifat dinamis bila teori kategorisasi diri digunakan untuk menjelaskannya. Karena kategorisasi diri ini setiap saat berubah seiring dengan perubahan anggota untuk mengidentifikasikan dirinya pada kelompok. Meskipun kategorisasi diri itu selalu terjadi dalanm organisasi, komitmen organisasi akan bisa dibangun melalu proses similarisasi sifat antar-anggota. Artinya selama per¬bedaan struktur organisasi tidak dibuat jelas atributnya, dar selama sense of belongingness organisasi selalu ditanamkan, maka komitmen organisasi akan tercapai.



Hubungan antara Kategorisasi dan Komitmen
Kategorisasi diri merupakan proses yang timbul dari pemahaman diri mengenai diri ketika melihat fenomena sosial. Dari pemahaman ini, seseorang bisa mengenali dan lingkungannya dengan segala atribut dan sifat-sifatnya. Kesamaan dan perbedaan atribut dan sifat akan mengarahkan seseorang pada pemahaman mengenai identitas. Bila perbedaan atribut ditonjolkan dalam organisasi, maka konflik kelompok kecil akan terjadi dan akibatnya komitmen organisasi menjadi rendah.


semoga informasi ini bermanfaat bagi teman-teman dan khususnya bagi penulis.